Modal Utama Sebuah Perusahaan di Era Revolusi Industri 4.0

Menarik untuk mencermati dan berpikir lebih dalam, fenomena perjalanan sebuah perusahaan atau organisasi di era pandemi ini. Selain banyaknya perusahaan yang gulung tikar, ternyata tidak sedikit juga perusahaan yang justru berkembang pesat, bahkan mulai bermunculan perusahaan baru. Lalu apa sih sebenarnya yang terjadi dan mengapa?

Mungkin hal ini tidak terlepas dari manajemen perusahaan sendiri. Bagaimana segi pandang perusahaan terhadap aset atau modal. Tentu satu modal yang menurut saya pribadi sangat menentukan adalah modal sumber daya manusia, atau ringkasnya modal manusia. Apakah perusahaan, minimal jajaran atas perusahaan memandang manusia sebagai
modal/capital yang bermutu tinggi, dan mampu memberikan nilai kompetitif yang kuat bagi perusahaan. Setelah dari segi pandang, lalu bagaimana memanagenya juga tidak kalah lebih penting.Bagaimana perusahaan mengatur proses dan strateginya, baik secara eksternal maupun internal.

Bersyukurlah jika sebuah perusahaan sudah mempunyai modal manusia berupa tenaga kerja yang berkualitas tinggi, dapat merencanakan, mengorganisasi, mengelola pekerjaan, dan semuanya terkait dengan teknologi informasi. Dan tidak kalah penting adalah conflict management skill di era ini. Karena untuk membangun modal manusia seperti ini harus dimulai sejak dini dari kelompok bermain atau pre-school, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan menengah atas, juga menengah kejuruan, bukan dari perguruan tinggi. Jelas disini bahwa modal manusia berkualitas tinggi seperti di atas ternyata dicapai melalui proses panjang yang namanya pendidikan karakter. Lalu bagaimana jika modal manusia yang ada saat ini belum memenuhi standar tersebut?

Bagi saya pribadi, ada dua cara yang bisa ditempuh untuk mencapai hal itu. Yang pertama adalah memperbaharui model kepemimpinan, yakni kepemimpinan yang menyadari bahwa ide, keputusan, dan inovasi dapat timbul dari kolaborasi dan jejaring secara terbuka. Dibutuhkan kepemimpinan yang adaptif, mudah terhubung, kolaboratif, responsif terhadap setiap situasi dengan cara yang adaptif, dan berani mengambil keputusan yang tepat dan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pemimpin adalah para penghubung yang andal yang responsif dalam sistem kolaborasi. Yang kedua adalah secara terstruktur mengupgrade seluruh sumber daya manusianya, dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang sesuai tuntutan era 4.0, yang segera akan mengarah ke era 5.0. Segera ciptakan budaya kerja dan budaya layanan yang GESIT dan TIDAK BERBELIT. Darimana memulainya? Bisa segera dari jajaran garda depan, yakni yang bersinggungan langsung dengan konsumen dan masyarakat seperti saptam, CS, dan lain sebagainya.

Itulah solusi ringkas tapi cepat dan real yang bisa dilakukan di era ini. Dan kami, RMI memang mempunyai visi misi yang sejalan dengan ini. Silahkan kontak kami dan berdiskusi untuk segera membangun modal utama perusahaan ini, agar survival dan berkembang di era seperti ini. Salam… (By SetTech)

Cara Mengatasi Learning Loss Di Masa Pandemi Covid 19

Tidak terasa, setahun lebih kita harus hidup di masa pandemi seperti ini. Bahkan, kita pun tidak tahu pasti, akan seberapa lama lagi masa-masa seperti ini akan berlangsung. Setahun, dua tahun, atau lima tahun lagi? Tidak ada yang tahu secara pasti. Bisa dikatakan, masa pandemi ini menjadi masa yang sulit dijelaskan. Begitu banyak efek berantai yang menyertai kehadiran virus ini. Bahkan istilah-istilah baru pun bermunculan, seperti:

  • lock down
  • PPKM
  • Isoman
  • Ibaman
  • Isoja (work from home)
  • Isojar (learn from home)
  • Isoping
  • Isokan
  • learning loss
  • dan lain-lain.

Salah satu bahaya yang mengancam masa depan adalah learning loss, karena berkaitan dengan dunia pendidikan yang menjadi tulang punggung keberhasilan. Bukan hanya sekedar kehilangan dalam hal pengetahuan dan kinetetis, tetapi justru yang paling mengkawatirkan adalah learning loss dalam hal karakter. Dengan berubahnya metode pembelajaran dari offline menjadi online, atau tatap muka langsung di kelas menjadi tatap muka maya, maka sangatlah sulit untuk menanamkan (internalisasi) nilai-nilai kehidupan kepada anak, seperti nilai saling menghormati dan menghargai, nilai empati, bela rasa, ketrampilan sosial untuk hidup bersama, ketrampilan bekerja sama, kesadaran bahwa di atas langit masih ada langit dan beragamnya karakter teman sekelas, dan lain sebagainya. Dengan sistem online, peluang untuk kehilangan kesempatan belajar berbagi cipta-rasa-pelihara semakin besar. Jika masa ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan terlahir generasi egois. Apakah kita selaku orang tua akan membiarkan saja? Lalu bagaimana solusinya?

Back to basic: keluarga. Ini bisa menjadi solusi yang tepat untuk kita sadari dan kita pilih. Kita bisa mengurangi bahaya dan dampak learning loss pada anak-anak kita jika kita mau kembali meyakini dan menjalani peran kita sebagai pendidik utama dalam keluarga. Terlebih, di masa seperti ini, mau tidak mau waktu kebersamaan seluruh anggota keluarga semakin besar. Ini adalah peluang bagi kita selaku pendidik utama untuk internalisasi nilai-nilai kehidupan kepada anak-anak kita. Luangkan waktu untuk menemani mengobrol dengan anak, mengajak bela rasa dengan memberi sedekah, berdoa dan mengucap syukur setiap saat dalam tindakan, memberi contoh bagaimana belajar itu sepanjang hayat dengan mengikuti pelatihan/training/seminar, dan menciptakan aura harmonis dalam keluarga. Niscaya anak akan belajar tentang nilai-nilai kehidupan bersosial dan bermasyarakat, karena keluarga adalah masyarakat terkecil.

 

Metode Pembelajaran Terbaik Untuk Anak Kita

“Anak-anak jaman sekarang berbeda dengan kita dulu. Tidak tahu etika….! Bikin emosi saja…”

Saya hanya tersenyum menanggapi keluhan rekan ronda di atas. Tidak menolak atau mengiyakan pendapatnya. Tetapi memang, tidak hanya sekali dua kali saya mendengarkan opini yang senada di atas. Banyak orang tua yang mengalaminya.

Saya jadi teringat pengalaman saat berkunjung ke sahabat masa kecil saya, kira-kira 5 tahun lalu. Begitu masuk ke ruang tamu, beberapa saat sahabat saya mengundang istri  dan anak-anaknya untuk ikut menemui saya sebagai tamunya, sekaligus mengenalkan betapa dia bangga punya sahabat seperti saya. Lalu salah satu anak laki-lakinya masuk dapur dan membuatkan kopi dan teh untuk kami semua. Dan di saat istri dan anak yang lain undur diri, justru anak laki-laki yang membuatkan minuman tadi masih diminta untuk menemani obrolan kami berdua sejenak, kurang lebih 5 menit. Sahabat saya beberapa kali ikut melibatkan anaknya dalam obrolan kami.

Setelah tinggal berdua, sambil ditemani kopi dan rokok, saya terbersit untuk menanyakan maksud dan tujuan sahabat saya tadi, mengapa meminta anaknya yang membuatkan minuman dan sejenak ikut mengobrol. Ternyata simpel. Dia ingin membiasakan anaknya untuk ikut menyambut tamu, bergantian membuatkan minuman, dan sejenak nimbrung saat memungkinkan. Dengan begitu, anaknya akan melihat sendiri, bagaimana cara ayahnya menyambut tamunya (yang kebetulan sahabat masa kecilnya), bagaimana berbasa-basi sejenak, bagaimana menjabat tangan atau merangkul sahabat, dan terlebih, bagaimana menghargai orang lain. Dan sahabat saya memberi contoh nyata, dia menghargai anaknya dengan melibatkannya dalam obrolan.

Bagi saya, pengalaman di atas sungguh luar biasa. Pantas saja, saat saya datang dan pulang, tidak perlu diajarin, anak-anaknya seperti sangat tahu etika menyambut tamu. Sebuah pembelajaran tentang hidup yang sangat tepat dan pas. Tidak perlu memberi banyak nasehat, yang biasanya akan lewat saja untuk anak jaman sekarang. Justru memberi contoh tindakan nyata, dan melibatkan anak untuk merasakannya.

Saya rasa model pembelajaran di atas tidak akan lekang oleh waktu, dan memang tepat untuk mendidik anak jaman sekarang. Maka, mari siapkan diri untuk pantas menjadi model dan panutan untuk anak-anak kita. Jika merasa belum pantas, mari terus belajar  mengembangkan diri, baik dari segi pengetahuan ataupun sikap hidup.

Terjebak Gejala

Terjebak Gejala

Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa rekan diskusi hangat tentang masalah yang dihadapi kebanyakan orang tua jaman sekarang. Banyak orang tua merasa putus asa, menyerah, dan bahkan tidak mau tahu lagi dengan sikap anaknya sendiri yang menginjak remaja. Istilahnya terserah…. Bahkan tidak jarang mengambil jalan cepat, sibuk mencari sekolah yang menyediakan asrama, agar anak tidak di rumah, dan berharap asrama bisa memperbaiki sikap atau karakter anaknya yang suka membangkang, bicara nyolot, tidak menghargai orang tua, lekat dengan gadget, dan lain sebagainya.

Apakah masalah akan selesai? Belum tentu juga. Banyak juga pendidik yang sekarang hanya memposisikan diri sebagai pengajar, sekedar mentransfer pengetahuan, bukan ke mendidiknya. Jika sudah seperti ini, tentu saja permasalahan tidak selesai. Banyak orang tua, pendidik, atau mungkin kita sendiri, gampang terjebak pada yang tampak di mata kita. Anak bicara nyolot, tidak sopan, membangkang, berkelahi, dan sejenisnya, dengan mudah kita simpulkan bermasalah. Bahkan tidak jarang langsung memberi label: anak nakal, anak tidak tahu diri, anak tidak bisa diperbaiki lagi, dan lain-lain.

Padahal jika kita mau berpikir lebih dalam dan berefleksi, segala permasalahan di atas sebenarnya hanya gejala saja. Gejala yang terlihat di permukaan, yang mungkin dirancang Tuhan agar mudah dilihat oleh orang lain. Mungkin juga, setelah melihat gejala permukaan tadi, Tuhan mempunyai rencana bagi kita selaku orang tua, pendidik, atau orang yang lebih dewasa ini agar mau melihat apa yang ada dibaliknya. Jika anak kita nyolot, tidak sopan, membangkang, apa yang menjadi penyebabnya? Bukankah tidak mungkin, anak yang pada dasarnya baik, lambat laun jadi membangkang  jika tidak ada pemicunya? Nah… Jika mau sampai ke tahap ini, barulah kita akan sedikit demi sedikit menemukan masalah sebenarnya, sehingga bisa mencari solusi terbaik. Jika hanya sampai ke gejala, bagaimana mungkin bisa membuat solusi? Terlebih, yang tampak di permukaan itu hanyalah bagian yang sangat kecil, justru yang tidak terlihat itulah yang besar.

Mari kita biasakan diri untuk selalu melihat lebih ke dalam dari setiap pengalaman hidup kita, agar tidak terjebak oleh gejala. Niscaya, semua akan terasa indah. Jika belum terbiasa, maka tidak ada salahnya untuk konsultasi kepada yang ahli di bidangnya.

 

 

TRAINING HIPNO-EFT : SALAH SATU SOLUSI TEPAT MENGHADAPI KETAKUTAN AKAN PANDEMI COVID-19

Depresi akan covid-19

Hipno-EFT adalah gabungan ilmu Hipnoterapi dan Emosional Freedom Teknik. Terapi ini dilakukan dengan cara mengucapkan kalimat afirmasi sambil melakukan taping dengan jari  pada titik-titik meridian tertentu pada tubuh pasien.Teknik ini sangat powerfull untuk mengatasi gangguan yang bersumber dari gangguan psikis/ pikiran. Hipno-EFT merupakan imu yang berbasis pada teknologi pikiran.

Banyak alasan mengapa kita wajib menguasai teknologi pikiran :

  1. Manusia sampai sekarang masih menggunakan pikiran untuk kehidupannya.
  2. Hampir 75% lebih, penyakit fisik manusia bersumber dari pikiran, terlebih di masa-masa berat seperti masa pandemi covid-19 seperti yang sedang kita hadapi sekarang ini.
  3. Masyarakat luas sangat memerlukan pertolongan , namun banyak yang tidak paham harus pergi kemana.
  4. Di sekolah/ kuliah tidak diajarkan, padahal sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan nyata.
  5. Kita memiliki tanggung jawab untuk membantu generasi muda agar memiliki kehidupan yang lebih sukses dan bahagia, apapun beban yang harus dihadapi mereka.
  6. Permasalahan yang timbul di masyarakat sangat beragam dan terus berkembang, dan memerlukan metode baru dan bervariasi dalam membantu.

Manfaat Terapi Hipno-EFT :

  1. Membantu melepaskan emosi negative yang disebabkan: stress, depresi, cemas, dendam, benci, kurang percaya diri, terlebih saat menghadapi situasi yang tidak menentu seperti masa pandemi ini.
  2. Menghancurkan keyakinan negative/ mental blok yang menghambat kemajuan hidup kita.
  3. Membantu menyembuhkan traumatic,fobia (takut ulat, takut gelap, takut ketinggian, takut akan ketidakpastian hidup, dll)
  4. Membantu menanamkan program pikiran positif dan membantu kesuksesan dalam mewujudkan impian seseorang.
  5. Dapat diterapkan untuk diri sendiri, keluarga dan membantu masyarakat luas.

Tombol Ajaib yang Menjadikan Bahagia dan Semangat

Anchor

Pernahkah anda mengalami di suatu waktu Anda mendengar lagu dengan judul tertentu, belum lagi lagu selesai bait baitnya, anda terbawa dan hanyut teringat satu peristiwa tertentu , atau lagu itu menghentak ingatan anda pada seseorang di masa lalu. Ayo jujur pernah kan? biasa kok sebagian besar manusia normal pernah mengalami hal ini kok.

Bisa saja ketika anda datang ke pesta bau parfum yang khas mengingatkan Anda pada seseorang yang pernah dekat dengan Anda, padahal orangnya sedang tidak bersama anda. Hanya dengan aroma parfum yang barangkali dipakai orang lain, pikiran anda seolah dibawa pada orang tersebut. Lagi lagi ini normal normal saja.

Lagu tertentu itu atau bau parfum merupakan tombol otomatis di pikiran yang membawa anda terasosiasi dengan kondisi lain yang pernah anda alami. Itulah tombol otomatis di otak yang disebut anchor.

Dalam bahasa Indonesia, Anchor artinya Jangkar. Dalam NLP Anchor merujuk pada suatu stimulus atau informasi yang diterima melalui sensor inderawi (Visual, Auditori, Kinestetik) serta memiliki respon yang bersifat asosiatif sehingga mengkibatkan suatu State (Mind and Body Are One System) tertentu.

Dalam praktiknya, Anchor bisa digunakan untuk mengakses State tertentu (baik senang maupun sedih) dengan menstimulus sensor inderawi. Misalkan saya hendak mengakses State Semangat dengan segera, maka saya menekan pergelangan tangan kiri saya, dan secara tiba-tiba perasaan dan kondisi tubuh saya langsung semangat.

Kok bisa? Ya. Itu ajaibnya Anchor.

Bayangkan apajadinya hidup anda  jika diri anda punya sejumlah tombol otomatis yang bisa mengatur seseorang menjadi gembira, menjadi mudah belajar, menjadi penuh energi, menjadi kuat dan termotivasi.  So apa yang terpikir wow alangkah mudahnya menjalani kehidupan ini.

Upsss NLP memberi anda berita baik. Jika anda tahu caranya ternyata tombol otomatis atau anchor itu bisa dibuat pada diri kita, diri anak anda.

Tentu anda penasaran untuk mengetahui bagaimana cara membuatnya, bagaimana seluk beluknya dan bagaimana memanfaatkannya. Sebelum anda memahami dan membuat anchor bagi diri anda.

Ada baiknya anda menyimak bagaimana sejarah penemuan anchor ini.

Adalah Ivan Pavlov ilmuan dan psikolog dari Rusia. Ia meneliti dan melakukan eksperimen terhadap sekelompok anjing.  Pada waktu tertentu sebelum jam makan, ia membunyikan bel. Kemudian anjing diberi makan. Saat bel berbunyi sang anjing itu mengeluarkan air liur seolah ia menciumi, membahui dengan detil dan merasakan makanan itu.

Hal itu dilakukan terus menerus dan berulang ulang. Saat sebelum anjing makan dibunyikan bel. Hari demi hari ritual ini dilakukan secara konsisten.

Lalu apa yang terjadi? ternyata  anjing mengeluarkan air liurnya secara spontan. Bahkan ketika bukan jamnya makan dan bel dibunyikan maka anjing spontan mengeluarkan air liur.

Bel seolah merupakan tombol atau anchor untuk keluarnya air liur sang anjing. Membunyikan bel merupakan proses menyusun anchor bagi anjing. Dan anchor ternyata merupakan reflek kondisioning, dan juga bisa terjadi pada manusia.

Anchor merupakan hal yang terjadi sehari hari

Anchor bisa saja terjadi sehari hari seperti ketika anda lihat  lampu merah indikasi rem di mobil depan anda menyala menjadikan Anda spontan menginjak rem. Lampu merah merupakan anchor dimana kaki kanan anda menginjak rem.

Ada orang yang ketika melewati tempat tempat yang disebut angker seperti kuburan spontan bulu kuduk berdiri dan merinding. Simbol simbol yang ada pada tempat “angker/wingit “ merupakan anchor yang menjadikan anda merinding atau takut.

Saat mengemudi di jalan anda mendengar suara sirine mobil polisi, spontan mungkin anda mencari cari apa ada yang salah melanggar rambu lalu lintas atau kecepatan terlalu tinggi?

Bisa jadi ketika anak anak memakai pakaian superman merasa lebih kuat dan perkasa, pakaian supermen merupakan anchor menjadi perkasa.

Ada pemain sepak bola amatir ketika memakai kaos dengan nomor punggung pemain favoritnya merasa lebih semangat dan punya power lebih.

Atau anak anda ketika mendapat tepukan di lengannya menjadi rajin belajar, karena tepukan di lengan membawa pada situasi ketika di kelas seluruh temannya tidak bisa mengerjakan soal dari gurunya, dan ketika anak tersebut diminta mengerjakan soal itu dia bisa lalu dipuji sambil menepuk lengannya sebagai anak rajin dan pandai oleh gurunya. Tepukan di lengan menjadi anchor dan ketika dipicu atau ditepuk kembali menjadikan dia rajin belajar.

Semua hal itu adalah anchor dalam keseharian, andapun bisa menemukan banyak anchor dalam keseharian anda. Dan lebih penting jika anda mendapatkan anchor positif maka kuatkan dan jika ada anchor negatif segera rusaklah anchor tersebut. Andapun bisa membuat anchor.

Selanjutnya bagaimana menciptakan Anchor dan teknik Anchor?  Ilmu yang luar biasa ini bisa Anda dapatkan dan rasakan pada saat Anda mengikuti pelatihan NLP Practitioner. Menarik sekali kan?