Saat Yang Tepat Untuk Berkembang

“Dulu ia tidak begini….”

Itulah kesan pertama yang saya lontarkan. Jauh berbeda dari 10 tahun yang lalu. Jika dulu terkesan malu-malu, ingin aman dan nyamannya saja, kalau bisa selalu di belakang,sekarang tampak sangat percaya dengan kemampuannya sendiri. Tidak ada kesan kurang percaya diri, seakan sifat yang melekat dulu itu kini menguap entah kemana. Kemanakah hilangnya semua itu?

Semua rasa heran itu pun saya utarakan terus terang kepadanya. Dia pun menjawab sejujurnya, bahwa ia tidak tahu. Dia hanya menjalani apa yang harus dijalani, mengerjakan sebaik-baiknya apa yang menjadi tanggung jawabnya, dan menerima apapun kepercayaan yang dilimpahkan kepadanya.

Setelah saya pikir-pikir, rupanya yang terakhir itulah yang membuatnya berbeda. Sejalan dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia, bertambah pula tanggung jawab yang harus dipikul. Dimulai dari berubahnya status dari seorang lajang menjadi kepala keluarga, hingga berkembang lagi menjadi seorang ayah. Dari seorang warga masyarakat biasa, kemudian dipercaya menjadi bagian kepanitiaan maupun pengurus. Semua mengalir, dan ia jalani semuanya seperti aliran air. Hingga akhirnya kini menjadi pribadi yang sangat matang. Saya masih bisa merasakan kegembiraan mengenang masa kecil kami lagi, tetapi kini ditambah sesuatu yang membuat saya kagum. Dia kini sangat matang dan bijaksana. Entah bagaimana pandangan dia terhadap saya kini.

Belajar dari pengalaman teman masa kecil saya itu, kini saya mencoba menerima apapun yang memang seharusnya saya terima. Beberapa tahun terakhir saya masih memilih untuk berada di zona nyaman saya. Cukup lakukan sesuatu yang sewajarnya saja. Jika bisa memilih, saya di belakang saja, biarkan orang lain yang di depan. Entah itu dalam suatu kegiatan di masyarakat, di tempat kerja, dalam seminar, atau kegiatan-kegiatan kecil lainnya. Padahal sebetulnya ada kesempatan dimana saya bisa belajar menjadi di depan. Tapi sekali lagi, saya masih merasa belum saatnya untuk meninggalkan zona nyaman saya.

Dan baru-baru ini, saya menerima kepercayaan tugas baru yang sebenarnya diluar perkiraan saya. Keraguan langsung saya rasakan. Apakah saya sanggup menjalaninya? Bagaimana jika terlalu menyita waktu pribadi saya? Bagaimana jika fisik saya tidak kuat? Apakah saya sudah pantas menerimanya? Kenapa saya yang dipilih?

Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang menghantui saya. Sungguh, kembali lagi jika bisa memilih, saya ingin menolaknya saja. Tetapi apakah akan begini terus? Jangan-jangan ini memang sudah saatnya bagi saya untuk berkembang, seperti teman saya itu? Lihat, ia kini tampak semakin matang, bijak, kuat, dan terlebih lagi, ia kini tampak iklas dalam segala hal dan selalu bahagia. Hmmmm… Akhirnya saya mencoba melawan kebiasaan saya selama ini. Keluar dari zona nyaman. Bukan karena terutama ingin meniru  teman saya (walaupun tidak bisa dipungkiri ia cukup menginspirasi saya), tetapi kesadaran bahwa saya memang harus berkembang. Dan mungkin saja itu terjadi melalui bertambahnya tanggung jawab dan tugas yang dipercayakan ke pundak saya, dan tentunya kesulitan-kesulitan / tantangan yang mengikutinya. Mungkin saja tantangan dan kesulitan itu yang akan membuat saya menjadi lebih kuat bukan? Dan esoknya saya mengatakan: “Baik, saya siap mengemban tugas ini…” (Set).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *